Sunday, September 20, 2015

Seorang Transmigran Asal Gitgit Tewas Dipenggal Teroris Di Parigi Moutong, Sulawesi Tengah

0


Salah seorang transmigran asal Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada, Buleleng, I Nyoman Astika (60) tewas mengenaskan. Ia menjadi korban pembunuhan dan kepalanya hilang.
Peristiwa itu terjadi di kebun miliknya di pegunungan Baturiti, Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Minggu (13/9) lalu. Diduga pelakunya merupakan kelompok bersenjata yang sering keluar masuk hutan. Hingga kini kepala Nyoman Astika belum ditemukan, dan pihak keluarga mengaku resah.
I Nyoman Adiana, salah seorang menantu Astika yang bekerja sebagai pegawai di Kantor Perbekel Gitgit, Selasa (15/9) menceritakan, kabar mertuanya tewas di Sulawesi Tengah didapat pada Senin (14/9) melalui telepon seluler. Oleh pihak keluarga di sana (Sulteng) dikatakan, sebelum Astika tewas ditemukan tanpa kepala, ia bersama sang istri Ni Made Kantri (65) sedang sembahyang tilem di pondoknya yang terletak di kebun di pegunungan berjarak 10 kilometer dari perkampungan transmigran Bali di Desa Gitgit Sari, Kecamatan Toili, Kabupaten Banggai.
Saat sedang berada di tempat itu,tiba-tiba dikejutkan dengan kedatangan lima orang bersenjata api dan kapak menghampiri mereka. Setelah itu, dua orang dari lima gerombolan itu menyeret Kantri menjauh, sedang tiga lainnya mendekati Astika. Tak lama kemudian, ketiganya kembali dengan kapak dan tangan berlumuran darah sembari mencucinya pada sebuah tempat tidak jauh dari Kantri berada. Sebelum pergi, kelompok bersenjata itu mengancam Kantri agar tidak turun dan melapor kepada aparat. Gerombolan itu kemudian berlalu dengan meninggalkan mayat Astika tanpa kepala bersama Kantri.
Beberapa saat usai peristiwa itu, sekitar pukul 20.00 Wita dengan menempuh jarak sekitar 12 jam perjalanan, Kantri memberanikan kembali ke rumah dan lanjut menceritakan peristiwa sadis itu kepada sanak famili dan tetangga sekitar. Bahkan, beberapa di antaranya berinisisatif melapor ke Polisi dan TNI.
”Baru keesokan harinya mereka bersama-sama naik ke kebun dan memang menemukan mayat Astika masih tergeletak tanpa kepala di bawah pohon durian,” tutur Nyoman Adiana.
Jenazah Astika kemudian dibawa ke RSUD Parigi Moutong dan rencananya Selasa (15/9) dikuburkan. ”Hari ini (Selasa,red) jenazah Astika dikuburkan di Sulawesi Tengah, namun belum dilakukan upacara. Dalam tradisi Hindu, Astika belum diupacarai mengingat kepalanya belum ditemukan. Masih akan dikubur biasa dulu, nanti jika kepalanya ditemukan baru dilakukan upakara,” sambungnya.
Adiana juga mengatakan, mertuanya tersebut merupakan petani dan telah dua kali melakukan transmigran.Pertama bersama sanak saudaranya pada tahun 1970 ke Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali. Lalu pulang dengan alasan orangtuanya sakit dan harus merawatnya sekitar tahun 1980. Tahun 1993 Astika berangkat lagi kali ini menuju Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah tempat akhirnya ia ditemukan tewas.
”Banyak keluarga dari desa kami yang bertransmigrasi ke Sulawesi dan sukses.Dulu ke sana dengan alasan ekonomi karena di tempat itu kami mendapatkan lahan yang cukup luas. Dan saya sendiri pernah juga transmigrasi ke sana,” ujar Adiana.
Mendiang Astika terakhir pulang ke Buleleng saat ada ngaben salah seorang keluarganya dan sempat bertutur jika kawasan tempat ia tinggal termasuk rawan konflik, dan tempatnya berkebun sering didatangi kawanan bersenjata.
”Pernah dia (Astika,red) bercerita kalau salah seorang dari kelompok bersenjata itu bersembunyi di kebunnya, namun almarhum katakan tidak khawatir dan katakan belum ingin menetap di Buleleng,” imbuhnya.
Astika sendiri meninggalkan lima orang anak, termasuk Ni Kadek Sumarini anak kedua yang menjadi istri Adiana.”Kami semua shock mendengar kabar itu bahkan kakak Sumarini bernama Luh Kardiasa belum diberi tahu soal tewasnya orangtua mereka karena masih sakit,” katanya.
Kepala Bidang Transmigrasi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Buleleng, I Nyoman Suyasa saat dikonfirmasi terkait data warga Buleleng yang bertransmigrasi ke Sulawesi Tengah, mengatakan, Astika bersama keluarga terdaftar sebagai transmigran swadaya.”Kalau transmigran swadaya tidak terdaftar di data kami.Mereka berangkat sendiri dengan status merantau ikut famili yang sudah lebih dahulu ke sana,” ucapnya.
Data yang diberikan Disnakertrans Kabupaten Buleleng, tansmigran dari Buleleng di Sulawesi yang terdaftar mulai 2007 hingga 2013 tercatat 556 orang terdiri 153 KK.”Tahun 2014 tidak kirim transmigran dan di tahun 2015 berangkat sebanyak 10 KK dengan tujuan Sulawesi. Namun setelah peristiwa ini kami akan koordinasikan dengan Kadisnaker yang kebetulan sedang berada di Sulawesi untuk melihat lokasi transmigran,” tandasnya.

0 comments:

Post a Comment