Tuesday, July 28, 2015

Manfaat MOS

0


Membaca keluh-kesah banyak orang tua di  media sosial menyoal masa orientasi siswa  (MOS) yang dijalani anak-anaknya memasuki tahun ajaran baru di lingkungan sekolah barunya sungguh kasihan. Memasuki hari pertama sekolah, banyak orang tua yang anak-anaknya memulai ajaran baru dibuat sibuk. Khususnya bagi para siswa sekolah yang memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi seperti SMP, SMA, Diploma dan Sarjana, maka tahun ajaran baru seringkali menimbulkan masalah tersendiri. Pasalnya, masa orientasi sekolah alias MOS yang digelar di kebanyakan sekolah selama ini mulai bergeser dari tujuan semula. Alhasil, seminggu pertama siswa didik memasuki lingkungan sekolah barunya, bukannya memulai perkenalan secara damai, sebaliknya justru memulai perkenalan penuh dengan tekanan yang potensial meninggalkan traumatis serius dan regenerasi perilaku bullying pada angkatan berikutnya. Sejumlah kasus, MOS bahkan menimbulkan kematian. APA SIH PENTINGNYA MOS ? Jaman dulu, sebutlah masa orde baru, MOS ditandai dengan Penataran P4. Kelar dengan itu, dilanjutkan dengan perploncoan, atau mungkin berbarengan dengan itu. Jadi umumnya sekolah menyelenggarakan pembelajaran dan pendalaman mengenai Pancasila secara formal dengan berbagai metode, diskusi kelompok, cerdas cermat, pemberian materi satu arah, dialog, dsb. Tapi tak jarang sekolah mengemas penataran P4 dengan perploncoan. Jadi, selain belajar Pancasila, para siswa setiap hari diminta datang ke sekolah dengan atribut tertentu. Bila atribut tidak terpenuhi, maka dimulailah derita itu, hukuman yang mengarah penyiksaan bahkan pem-bully-an. Kini, masa MOS lebih sadis lagi. Siswa baru benar-benar diminta datang ke sekolah pagi-pagi sekali, menggunakan atribut yang setiap hari harus ganti (papan nama, asesoris rambut, baju, dsb.), membawa pernak-pernik yang susah dicari, hingga makanan kecil buat para senior (mungkin untuk mereka berbuka puasa). AYO GELAR MOS KREATIF Berbagai insiden dan ketidaklayakan gelar kegiatan MOS di banyak sekolah mengesankan pihak pengajar, dalam hal ini sekolah seakan-akan lepas tanggung jawab dan menyerahkan kegiatan MOS ini kepada angkatan siswa yang lebih senior (kakak kelas). Bisa jadi anak-anak memang berpikir lebih kreatif untuk menggelar kegiatan MOS menjadi lebih menari. Namun kenyataannya, kreativitas itu seringkali kebablasan dan cenderung menyusahkan karena sangat sulit dipenuhi. Jaman sekarang ini, tentu berbeda dengan jaman dulu. Tentu, kegiatan MOS butuh kemasan yang lebih membumi dengan situasi yang ada sekarang ini. Tapi soal membumi ini, sebagai orang tua & pendidik dituntut cermat juga. Tidak semua hal harus diselaraskan dengan kondisi saat ini. Nilai-nilai agama adalah salah satu yang tetap harus dipegang teguh tanpa kompromi, begitu pun tentang nilai sopan santun dan budi pekerti. Hal-hal yang mendasar ini selayaknya tidak untuk diselaraskan dengan perkembangan peradaban yang semakin tak jelas ukurannya. Contohnya etika dalam berbusana, berbicara dengan orang yang lebih tua, toleransi dengan perbedaan, rasa sungkan, rasa peduli dengan lingkungan sekitar, dsb. Nah, hal-hal seperti itu seharusnya bisa menjadi inspirasi para pendidik dalam menggelar kegiatan MOS secara lebih sehat, mendidik dan beradab. Beberapa kegiatan yang bisa digelar untuk kegiatan MOS misalnya :
  1. Lomba menari tarian tradisional dari berbagai daerah;
  2. Lomba memainkan alat music daerah;
  3. Lomba pidato bahasa daerah;
  4. Lomba menulis mengenai berbagai isu yang mengangkat tema kebersamaan, budaya, atau humanis lainnya;
  5. Lomba fotografi human interest yang bertema budaya, pendidikan atau kemanusiaan;
  6. Lomba kebersihan antar kelas;
  7. Lomba kesenian seperti melukis, vocal group, band, dsb.
  8. Lomba olah raga yang berkelompok besar seperti tarik tambang, sepak bola, basket, voli, dsb.
Pada dasarnya masa orientasi sekolah adalah masa pengenalan tentang lingkungan, komunitas baru di mana siswa baru akan belajar. Maka biarkan para siswa memulai masa pengenalan itu dengan cara-cara yang manusiawi dan menyenangkan tapi juga mendidik, bukan dengan cara-cara yang tidak mendatangkan manfaat atau tidak mencerdaskan, apalagi yang mencelakakan. Dengan berbagai kegiatan yang positif, para pendidik juga dapat langsung mengenali potensi siswa-siswanya secara langsung. Bakat-bakat non akademis siswa dapat tergambar dengan cara yang jauh lebih menyenangkan. Dengan kegiatan ini, seluruh siswa juga dapat saling mengenal satu sama lain. Agar lebih seru, tentu berbagai perlombaan tersebut dapat dikemas dengan pertandingan antara siswa baru melawan para senior. Timbang sibuk mencari minuman yang tak jelas mereknya, tak tahu di mana belinya, tentu hanya menghamburkan biaya untuk membeli, mencari, menghabiskan banyak waktu dan tenaga. Yuk ah, semoga para siswa baru memiliki kesan yang baik tentang sekolahnya dan tidak menyimpan dendam untuk melakukan penyiksaan serupa pada siswa baru angkatan berikutnya. Bravo pendidikan Indonesia ya ... !!!

Firlly Diah Respatie

0 comments:

Post a Comment